Batu Ajaib Berkeramat

batu quranPandeglang, yang konon Balinya Banten ini memang layak mendapat julukan itu.Karena Pandeglang memiliki banyak tempat wisata yang eksotik dan menarik. Selain memiliki banyak pantai, Pandeglang juga punya banyak wisata religi. Diantaranya lokasi wisata Batu Qur’an.
Batu Qur’an terletak di kampung Cibulakan Kecamatan Kadu Bumbang Desa Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Tempat ini juga berdekatan dengan objek wisata pemandian Cikoromoy. Konon katanya, masyarakat setempat menyebut tempat ini sebagai tempat kramat.
Jika Anda berkunjung ke tempat ini, kesan pertama memang suasananya bisa membuat bulu kuduk kita merinding. Betapa tidak? Di pintu masuk kita disambut dengan pohon beringin yang besar nan rindang. Tapi, tidak perlu takut. Meski terkesan mengerikan, tapi tempat ini punya kisah yang menarik. Lalu, sebenarnya Batu Qur’an itu apa? Apakah ada batu berbentuk Al-Qur’an?
Menurut sejarah, bermula pada tahun 1651 Masehi ada seorang Aullya Allah yang bernama Syekh Maulana Mansyuruddin singgah ke Cibulakan setelah sepulang dari Kota Mekah. Sepulang dari kota suci itu, syekh yang merupakan putera dari Sultan Ageng Tirtayasa ini menerobos ke tanah yang kemudian muncul di daerah Sumur Tujuh, Gunung Karang. Setelah itu beliau melanjutkan ke Sumur Domas dan terakhir ke Cibulakan. Beliau menerobos setiap daerah dengan membawa air Zamzam yang diperolehnya dari Mekah. Namun ketika beliau berada di Cibulakan, beliau mendapati peristiwa yang meresahkan masyarakat setempat. Karena tempat terakhir beliau muncul, lubang tanahnya mengeluarkan air yang tiada henti. Beberapa usaha telah dilakukan oleh masyarakat setempat. Namun usahanya hanya sia-sia belaka. Continue reading

Mengenal Kecamatan Menes

GEDUNG-PENDOPO-KEWEDANAN-MENES2Saya lahir dan tumbuh besar di Menes. Pada 12 Juni 21 tahun lalu pertama kalinya saya menghirup udara segar Menes setelah sembilan bulan dalam kandungan ibu. Ya, udara di Menes memang segar. Secara iklim, Menes tidak mengalami perubahan iklim secara signifikan dari masa ke masa. Sejak dulu, hingga kini udara sejuk dan segar selalu mewarnai daerah yang memiliki luas 25,362 km² ini.

Pada 537 tahun lalu, atau pada abad ke 15, Menes merupakan wilayah perkebunan milik Arturo Ji Menez berkebangsaan Portugis. Kala itu, dia adalah orang pertama menjadi seorang tuan tanah yang membuka lahan perkebunan di wilayah tersebut. Untuk itu, nama Menes, berasal dari namanya, Arturo Ji Menez. Sejak saya dilahirkan di daerah agraris ini, memang di setiap titik wilayah terdapat pepohonan, perkebunan, atau sawah-sawah nan hijau membentang luas. Hingga kini, meskipun penduduk Menes kian bertambah dan saat ini memiliki jumlah penduduk mencapai 37.652 jiwa, daerah Menes tetap hijau.

Menes, juga merupakan salah satu tempat yang pernah disinggahi para kolonial. Pada tahun 1883, sejak terjadi bencana Tsunami dan meletusnya Gunung Krakatau, pemerintahan Belanda atau Distrik Kulon yang tadinya berlokasi di Caringin, sebagai tempat Kadipaten Banten Kulon pindah ke Menes dan melanjutkan masa pemerintahannya di Menes. Hingga saat ini, bangunan Belanda tersebut kokoh dan berada di beberapa titik wilayah Menes. Seperti Pancaniti yang berada di alun-alun timur Menes, Kwadanaan yang letaknya bersebrangan dengan alun-alun, bui atau penjara yang berada di sebelah barat alun-alun, serta patung kuda di depan Kwadanaan. Patung kuda tersebut sebagai simbol bahwa pada masa Kadipaten, kuda adalah alat kendaraan Adipati. Bangunan-bangunan tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat Menes. Bahkan, Kwadanaan kini menjadi kantor kecamatan Menes. Di Menes terdapat tempat peninggalan dari zaman megalitikum, zaman kesultanan hingga zaman penjajahan. Seperti pada zaman megalitikum yakni Batu Go’ong Citaman, situs batu tulis Muruy, situs Alaswangi dan lainnya. Sedangkan pada zaman kesultanan banyak terdapat masjid-masjid yang dibuat pada zaman itu yang usianya ratusan tahun. Continue reading